A. Pengertian Majaz
Untuk mengetahui pengertian majaz, perlu kirannya kita mengetahui Antonim dari majaz itu sendiri. Karena menurut sebagian ulama berpendapat bahwa Apapun akan jelas jika digandengkan dengan lawannya. Adapun yang menjadi antonym dari majaz adalah Hakikat. Hakikat adalah Kalimat yang digunakan sebagaimana adanya sesuai dengan pemakaiannya dalam bahasa keseharian (Ilmu bayan Dirasah Tahliliyah hal 138) Contohnya kata Al Asad bermakna singa dalam artian binatang buas, kemudian kata bahrun bermakna laut dalam artian muara sungai yang luas. Contoh lain dalam bentuk kalimat Syafaallohul Maridh (Alloh menyembuhkan orang sakit), Anbatallohul baqla (Alloh menumbuhkan tanaman), Athiflu Yabqi (anak menangis), semua contoh diatas baik dalam bentuk kata ataupun dalam bentuk kalimat merupakan lafadz-lafadz yang digunakan sebagaimana mestinya dan diletakan sesuai dengan maknanya yang biasa.
Sedangkan definisi majaz adalah Kata atau kalimah yang berbeda dengan makna aslinya dalam perkataan, yang biasa digunakan dengan menyertakan Qorinah atau alasan tidak digunakannya makna asli. Contoh kata al Asad diartikan untuk seorang laki-laki yang berani dan tangguh, kemudian kata bahrun untuk seseorang yang pemurah dan dermawan yang mempunyai hati yang luas. Kemudian kalimat Anbata rabiul Baqla diartikan dengan musim semi telah menumbuhkan tanaman yang pada hakikatnya Allohlah yang menumbuhkannya. Kemudian Syafaathobiibul Maridh dengan pengertian Dokter telah menyembuhkan orang sakit yang pada hakikatnya Allohlah yang menyembuhkan. Kemudian Bakaassamaau yang artinya Langit menangis. Semua contoh diatas tidak bisa artikan dengan makna sebenarnya, karena ada qorinah atau alasan masing-masing. Maka kita tidak bisa mengartikan Al Asad dengan singa pada kalimah Raitu Asadan Yakhtubu ‘alal mimbar (saya melihat seorang pemberani sedang berkhutbah diatas mimbar) karena berkhutbah merupakan suatu pekerjaan yang khusus untuk manusia bukan hewan. Inilah alasan yang mengharuskan kita, untuk menrejemahkan kata asad ke dalam makna si pemberani. Jika dalam hal ini kita memakaikan majaz, maka makna kata akan hilang dan keluar dari tujuan yang dimaksud.
Majaz atau dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan Konotasi bisa diartikan juga dengan makna baru yang muncul dari penggunaan sebuah bahasa atau disebut makna Far’i (makna tambahan) karena tidak menunjukan lagi makna aslinya.
B. Pembagian Majaz
Majaz terbagi kepada dua, yakni: Majaz Lughowi dan Majaz Aqli. Adapun rincian pembahasannya sebagai berikut:
1. Majaz Lughowi adalah Lafadz yang digunakan bukan pada tempatnya, yang digantungkan untuk mendekati makna yang tidak jauh dari makna sebenarnya. Atau bisa juga diartikan dengan perubahan kata dari makna denotative ke dalam makna konotatif. Contoh kembang desa itu sudah lewat dari tadi .Kembang desa disana bukan berarti kembang dalam arti sebenarnya, tetapi diidentikan pada wanita paling cantik di desa tersebut. Majaz Lughowi terbagi dua ada yang Mufrod ada yang Murokkab. Majaz Mufrod adalah majaz dalam bentuk mufrod (satu kata) contoh asadan. Majaz Mufrod terbagi kepada :juga terbagi kepada dua yakni Majaz Lughowi Bil Istira’ah dan majaz lughowi Mursal. Berikut uraiannya:
a Majaz Mufrod bil Istira’ah adalah Majaz yang ‘alaqohnya berbentuk penyerupaan atau persamaan sifat bisa juga diartikan dengan majaz yang bergantung diantara makna hakiki dengan makna majazi contoh telah datang singa ke sekolah, maksud singa disana bukan singa dalam arti binatang, tetapi singa dalam arti manusia yang memilki sifat yang sama dengan singa diantaranya pemberani, ditakuti dan sebagainya.
b Majaz Mufrod Mursal mursal adalah Majaz yang Alaqohnya bukan berbentuk penyerupaan atau persamaan sifat. Contohnya: Presiden sedang membangun mesjid disini tidak ada penyerupaan apapun, tetapi penggunaan majaz disini pada kata presiden. Dalam kalimat tersebut bukan presidennya sendiri yang membangun mesjid, tetapi para pegawainya atas perintah presiden itu sendiri. Majaz Mufrod Mursal di barengi dengan Alaqoh sebagai berikut:
1) Sabaabiyyah Majaz yang disebut sebabnya, yang dimaksud Musabbanya. Contoh: Telah memberi kehidupan hujan. Maksudnya adalah hujan menyuburkan tumbuhan yang notabene sumber makanan.
2) Musabbab: Disebut Musabbab yang dimaksud adalah sebabnya contoh
Dan diturunkan atas kalian dari langit Rizki. Yang dimaksud disana adalah hujan.
3) Al Kulliyah : Keadaan sesuatu yang disebut keseluruhan maksudnya sebagian contoh: Lafad Asoobi’ahum disana bukan dalam arti keseluruhan melainkan sebagian jari-jari mereka.
4) Juz’iyyah : yang disebut sebagian maksudnya keseluruhan. Contoh
Maksud roqobatin disana maksudnya keseluruhan bukan sebagian
5) Laziimiyah: Majaz dengan pengertian mewajibkan adanya sesuatu ketika adanya sesuatu. Contoh Thala’a Dhoua telah terbit cahaya.Adanya cahaya berarti adanya matahari.
Majaz Murrokab itu adalah Lafadz yang dipakai pada Musyabbahnya dengan arti asal dan wajhu syibahnya terdiri dari tingkat yang banyak. Contoh:
Saya melihat kamu mendahulukan sebuah kaki dan mengakhirkan kaki lainnya. Peribahasa ini bagi orang yang ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Jihat Jami’inya terdiri dari tingkah laku yang banyak, yaitu mundur maju. Majaz Murrokab juga terbagi 2 yakni Majaz Murrokab Bil Isti’aroh dan Majaz Murrokab Mursal. Majaz Murrokab Bil Isti’aroh adalah Majaz Murrokab yang Alaqohnya Perumpamaan. Contoh
Saya melihat kamu mendahulukan sebuah kaki dan mengakhirkan kaki lainnya.
Sedangkan Majaz Murokab Mursal adalah Majaz Murokab yang alaqohnya bukan perumpamaan.
2. Majaz Aqli adalah sandaran kata kerja atau makna/ arti dari kata itu kepada selain Fail Haqiqi (yang mengerjakan sebuah pekerjaan yang sebenarnya). Fail tersebut dalam bentuk:
a Menghubungkan fiil dengan waktu contoh: Istigoolu Naharol ‘Amil (siang harinya buruh itu sibuk
b Menghubungkan fiil dengan tempat contoh: Dahabnaa ilal hadiiqoti ginaai (Kami berangkat ke kebun yang banyak bernyanyi),
Maksudnya airnya yang mengalir bukan sungainya.
c Menghubungkan fiil dengan sebab contoh: Banaalamiirul Madrsah (Pemerintah telah mendirikan sekolah)
d Menghubungjan fiil dengan masdar Masdar dalam kalimat yang mengandung isnad hakiki, biasanya dijadikan sebagai penguat (taukid) bagi fiil yang ada sebelumnya. Namun dalam isnad majaz aqli masdar dijadikan sebagai fail dari fail tersebut. Contoh Hazana Haznan Muhammad (sedih kesedihan Muhammad).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar